Keunggulan Honda Brio Jadi Andalan PT HPM

Penjualan Honda Brio di Indonesia masih diandalkan oleh PT HPM

Honda Brio Masih Jadi Andalan Honda di Tanah Air – Tak bisa dipungkiri bahwa sampai detik ini, Honda Brio adalah mobil tupe LCGC (Low Cost Gren Car) yang turut digemari oleh para konsumen Indonesia.

Oleh sebab itu, tak heran jika PT Honda Prospect Motor (HPM) pun masih turut mengandalkan Honda Brio di tahun 2020 ini. Tak lain bertujuan guna memaksimalkan potensi pasar yang sampai detik ini masih besar di pasar Tanah Air.

Honda Brio Masih Jadi Andalan Honda Di Tanah Air

Jika dilihat track recordnya, mobil LCGC buatan Honda ini dikabarkan sudah memberikan kontribusi penjualan cukup memuaskan, yakni 35% dari total keseluruhan penjualan mobil Honda di Indonesia. Atau dengan kata lain, Brio Satya sudah tercatat terjual sebanyak 149.439 unit di tahun 2019.

Terkait hal tersebut, Yusak Billy selaku Bussines Innovation & Sales Mrketing Director PT HPM sempat memberikan komentar bahwa pasar mobil LCGC dinilai masih sangat penting. Bukan tanpa alasan mengingat kontribusinya masih berada di kisaran 21% dari total keseluruhan penjualan mobil otomotif nasional.

Nah, dari seluruh penjualan mobil LCGC tersebut, Honda Biro justru meraih pangsa sebesar 25% sekaligus menjadi mobil LCGC paling laris di pasar otomotif Indonesia.

“Kalau Brio RS kebanyakan loyalis Honda, tapi kalau LCGC setengahnya itu first time buyer yang naik kelas dari roda dua. Kami mendukung pemerintah untuk LCGC,” demikian ungkap Yusak, bersamaan dengan kegiatan CR-V 20 Years of Great Adventure di Bandung pada Selasa malam (22/1/2020).

Larisnya mobil LCGC besutan Honda ini tak lepas dari kelebihan Honda Brio sendiri. Dimana, mobil ini memang memiliki kemampuan dalam menekan efisiensi konsumsi bahan bakar secara maksimal dan harga jualnya pun juga terbilang cukup bersahabat.

Oleh sebab alasan itu, tak heran jika Honda Brio ini menjadi mobil unggulan PT HPM mengingat telah menjadi salah satu produk ekspor yang cukup diminati di pasar luar negeri.

“Kami bisa ekspor karena harga kompetitif. Nilainya pada 2019 Rp3,4 triliun, naik dari tahun 2018 yang senilai Rp2,8 triliun karena saat itu kami belum ekspor CBU,” tambah Yusak Billy.